Sabtu, 04 Maret 2017

kumpulan cerita fabel



Semut Dan Gajah

            Dahulu kala di sebuah hutan sangat rimba. Hiduplah bermacam-macam binatang, dari yang paling kecil seperti Semut dan binatang yang paling besar seperti Gajah.
Gajah sangat angkuh, ia mengakui dirinya paling kuat. Gajah binatang yang di segani di hutan tersebut karena berhasil mengalahkan Harimau si raja hutan. Gajah dengan mudah mengalahkan Harimau, dengan belalainya yang panjang, Harimau diangkat timggi-tinggi dan di banting ke tanah. Karena dapat mengalahkan Harimau, Gajah mengaku sebagai pengusa hutan rimba yang baru.
            Gajah sangat sombong. Karena badannya yang sangat besar, ia berpikir dapat mengalahkan semua binatang. Ia menyepelekan hewan-hewan yang berada di hutan. Karena kesombongan itu, ia tidak di senangi oleh hewan-hewan lainnya.
Pada suatu hari, Gajah mengadakan suatu sayembara, siapapun yang dapat mengalahkannya, ia berhak menggantikannya sebagai Raja hutan.
            Sayembara itu di sambut sangat antusias dari berbagai binatang. Terutama binatang buas yang suka memangsa binatang kecil yang tidak berdaya.
Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang yang besar  seperti. Harimau, Badak, Landak, dan Beruang. Namun, pada saat mereka melihat Gajah, mereka merasa takut untuk melawannya. Semua binatang tidak ada yang berani berhadapan dengan binatang raksasa itu.
            Melihat tidak ada seekor pun yang dapat mengalahkannya. Kesombongannya pun sangat meningkat. Gajah pun menakut-nakuti hewan lainya dengan menjulurkan belalainya yang panjang di depan semua hewan. Ia merasa paling kuat dan di takuti semua hewan.
Ketika Gajah menunjukan kesombongannya. Tiba-tiba turunlah seekor Semut dari batang pohon.
‘’ Aku ingin mengikuti sayembara ini! Bolehkan aku ikut?’’ Tanya Semut dengan ramah.
‘’ Hei kau hewan kecil! Kau bukan lawanku. Kau aka melawanku yang sebesar ini? Tubuhmu saja tidak ada sebesar ujung ekorku.!’’ Jawabnya sambil tertawa.
Mendengar ucapan Gajah, Semut pun merasa kesal. Namun, ia tetap rendah hati.
‘’ Baiklah Gajah, sekarang kau boleh smbong di hadapanku. Namun, kau belum pernah merasakan gigitanku bukan?’’ jawabnya.
           
            Gajah pun mulai marah mendengar yang di ucapkap Semut. Ia langsung masuk kedalam arena pertarungan.
‘’ Majulah hei kau Semut!’’ kata sang Gajah.

            Dengan gagah berani Semut maju ke dalam arena. Pertempuran terjadi sangat tidak seimbang. Semut di injak-injak Gajah dengan sangat mudah. Namun, Semut yang cerdik dan berani itu mencari kesempatan. Tanpa Gajah sadari, Semut berhasil naik ke atas punggung Gajah yang besar itu. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh si kecil Semut. Semut hatu kelemahan Gajah terletak pada telinga yang besar dan lebar itu. Perlahan-lahan ia masuk ke lubang telinga Gajah. Semut mulai menggerogoti isi telinga Gajah. Gajah mulai merasa kesakitan. Tubuhnya yang sangat besar itu berguling-guling di atas tanah karena menahan kesakitannya. Gajah berusaha mengeluarkan Semut  itu dari telinganya. Namun, usahanya sia-sia.
‘’ Ampun Semut! Aku mengaku bersalah.’’ Teriak Gajah. Heban besar itu mulai menyerah.
Mendengar teriakan Gajah, ia merasa sangat kasihan. Semut keluar dari lubang telinga.
‘’ Mangkannya hidup tidak boleh sombong dan angkuh. Kamu besar. Namun, ada lagi yang lebih besar. Sekarang kamu kuat. Namun, ada yang lebih kuat dari kamu. Kekuatan tenaga tidak selalu dapat menolong. Namun, kecerdikan otak selalu di atas segalanya.’’ Ujarnya.
Gajah hanya terdiam. Ia merasa sangat malu, hewan-hewan lain hanya menyaksikan kekalahan Gajah dan tertawa dan bersorak-sorak. Salah satu binatang yang turut menonton pertarungan member komentar.
‘’ Mangkannya jangan suka meremehkan hewan lainnya. Semut, memang binatang yang sangat kecil. Namun,  Semut adalah pahlawan yang dapat mengalahkan kesombongan dan keangkuhan.’’
            Pesan moral dari Cerita Dongeng Binatang : Fabel Semut Dan Gajah adalah sehebat-hebatnya kita pasti ada orang lain yang memiliki keahlian yang lebih tinggi. Kelebihan yang kita miliki jangan membuat kita sombong dan lupa diri. Justru harus rendah hati dan bersyukur.

Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul


Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing gunung untuk berburu bersama di sebuah hutan yang cukup lebat dan tidak lama keledai itu menaiki gunung akhirnya dia menemukan seekor anjing gunung sedang berjalan. Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu bersama dan akhirnya anjing gunung itu menerima ajakan dari sang keledai, kini sang keledai dan anjing gunung pergi ke hutan lebat itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu sang keledai menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar. Sang keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu bersama dan macan tutul itupun menerima ajakan sang keledai.
Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan Tutul kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburu bersama, mereka menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang baik hewan apapun bisa mereka tangkap dengan mudah mereka berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari. Mereka berhasil mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka bawa ke tempat terbuka dan mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan hasil buruan mereka terdiri dari seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini waktunya mereka membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.
Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu “Keledai silahkan kau bagi makanan-makanan itu” Perintah sang macan tutul lalu keledai itu menghitung dengan cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama banyak. Melihat pembagian itu sang macan tutul sangat marah kemudian dia menerkam sang keledai hingga keledai itu mati dan kini tumpukan makanan telah bertambah. Kemudian sang macan tutul menoleh ke arah anjing gunung “Sekarang kamu bagikan hewan-hewan itu”. Perintahnya dengan marah, kini sang anjing gunung mendekati makanan itu dia menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan oleh sang kedelai menjadi tumpukan yang besar kemudian dia menggigit seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya sendiri, itupun hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk sang macan tutul.
Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat keputusan sang anjing gunung dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai anjing gunung, kau membagikan makanan ini dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari sang keledai?”. Tanya sang macan tutul “Ya aku belajar dari sang keledai” jawab anjing gunung itu sambil pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga tidak mau mengulangi nasib sama dengan keledai itu” celetuk sang anjing. Dalam hatinya anjing gunung sangat kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan membantu macan tutul di kemudian hari.
Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel : Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul adalah sifat serakah dan curang akan membuat orang lain menjauhi kita. Dan pada suatu saat kita butuh bantuan orang lain mereka tidak akan mau membantu.






Kuda yang memakai kulit harimau
Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat, kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu dia terlihat gembira karena tidak ada petani gandum menjaga ladangnya.
Ketika dia menuju hutan lebat di tengah jalan sang kuda melihat sesuatu dengan heran seperti sebuah kulit harimau lalu kuda itu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dia lihat adalah sebuah kulit harimau yang tidak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit harimau itu dan ternyata pas ditubuhnya.
Lalu terlintas di benak kuda itu untuk menakuti hewan-hewan hutan yang melewati dirinya, kuda itu bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Tempat itu harus terlihat gelap dan sering dilalui oleh beberapa hewan hutan. Akhirnya dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi dan kuda itupun masuk ke semak-semak dengan menggunakan kulit harimaunya, di semak-semak kuda itu bersembunyi menunggu hewan hutan yang melewatinya dan tidak lama kemudian beberpa domba gunung berjalan ke arah dirinya kuda itu kini bersiap-siap untuk meloncat.
Ketika domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi kuda itu meloncat ke arah domba-domba itu dan serentak domba-domba itu berlarian kesana kemari mereka ketakukan dengan kulit harimau yang di pakai oleh kuda itu. Sang kuda hanya tertawa setelah domba-domba itu berlarian dia amat senang sekali menjaili domba-doma itu.
Lalu sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat seekor tapir berjalan sambil mengunyah sesuatu dimulutnya, tapir itu berjalan dengan sangat lambat mendekati semak-semak namun ketika kuda itu meloncat ke arah tapir itu sang tapir terkejut dan lari sekencang-kencangnya menghindari menghindari kuda yang memakai kulit harimau itu. Sang kuda kini semakin senang mengganggu hewan-hewan lainnya dan dia kembali ke semak-semak itu menunggu hewan lain untuk dia kagetkan.
Kini sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal itu tidak membuatnya bosan tiba-tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus dimulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak kucing itu hanya duduk menyantap tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar, melihat hal itu sang kuda berinisiatif untuk mengagetkannya dari arah belakang. Kuda itu keluar dari semak-semak dan berjalan dengan hati hati agar lebih dekat dengan sang kucing ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum seperti halnya seekor harimau namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah suara harimau melainkan suara seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing menoleh ke belakang dan dia melihat kuda itu dengan kulit harimau namun bersuara kuda.
Hal itu membuat sang kucing tertawa terbahak-bahak “Apabila aku melihatmu memakai kulit harimau itu aku akan lari ketakutan tapi auman suaramu itu tetap bukan suara harimau melainkan suara seekor kuda”.
Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel : Kuda yang memakai kulit harimau adalah sepandai-pandainya kita berpura-pura maka suatu saat akan terlihat juga kebohongannya. Kejujuran merupakan kata yang paling indah di dunia ini.




Burung Bangau dan Seekor Anjing
Suatu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke sebuah danau, disana terkadang terdapat beberapa makanan terkadang pula tidak sama sekali ada makanan untuk sang anjing. Sang anjing menggunakan penciuman, mata dan telingannya untuk mencari makanan hingga ketika dia berjalan sang anjing mencium bau anyir lalu dia mengikuti arah bau itu dan sampailah dia tepat dimana bau itu berasal namun dia tidak menemukan ikan itu di tanah maupun dekat air danau. Ketika dia melihat ke atas ternyata seekor bangau bertengger di sebuah pohon, paruhnya yang besar sedang memegang ikan di paruhnya. Burung bangau itu bukanlah burung yang sering dilihat oleh sang anjing.
Sang anjing tersenyum bahagia karena dia telah menemukan makanan, meskipun makanan itu dipegang oleh seekor burung bangau yang besar “ah aku tidak perlu mencari ke tempat yang jauh karena aku sudah menemukan makanan yang aku cari dan makanan itu cukup untuk membuatku kenyang.” pikir sang anjing. Sang anjing kini melihat sang burung bangau yang bertengger di pohon itu dengan penuh rasa kagum lalu sang anjing berkata sambil berteriak dengan keras “hai burung yang indah dan cantik, kau kelihatan sangat indah ketika bertengger di dahan itu.” sang burung bangau menoleh ke arah sang anjing dengan memiringkan kepalanya dia memperhatikan sang anjing dengan sangat curiga, sang burung bangau tetap menutup paruhnya dan tidak membalas sahutan sang anjing.
“Lihatlah kakimu yang besar dan kuat itu” kata sang anjing “tubuhmu yang besar dan warna bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangat cantik dan paruhmu yang panjang itu sangat indah.” rayu sang anjing, “burung indah seperti dirimu pasti memiliki suara yang cukup bagus dan merdu, kau adalah burung sempurna ketika kau bernyanyi dengan indah dan aku akan memujimu selayaknya sang ratu burung yang indah.” Mendengar rayuan sang anjing yang begitu membuat senang sang burung bangau, sang burung bangau kini lupa akan rasa curiga dan ikan besar yang dipegang oleh mulutnya. Sang burung bangau ingin sekali disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan kini dia membuka mulutnya dan mengeluarkan suara-suaranya yang cukup keras. Tidak sadar sang burung telah menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing.
Sang anjing berhasil mengelabui sang burung, ketika ikan itu jatuh ke tanah sang anjing menginjak itu sambil berkata “Kau memang burung besar dan cantik, kau memiliki suara meskipun tidak semerdu burung lain tapi dimanakah otakmu kau menjatuhkan ikan yang cukup besar ini, aku sangat berterima kasih.” Sang anjing menggigit dan pergi dari sang burung sambil tersenyum manis dan sang burung kini menyesali perbuatannya. Pesan moral dari Contoh Cerita Hewan Fabel : Burung Bangau dan Seekor Anjing adalah kesombongan akan membuat kita lupa diri, sehingga merugikan kita dimasa yang akan datang. Hati-hati dalam menerima pujian karena bisa saja pujian justru akan menjatuhkan kita.
Kucing Kota Dan Kucing Desa
Suatu hari di saat matahari hampir tenggelam seekor kucing kota dengan bulu lebat dan menawan datang menjenguk saudaranya di sebuah desa, kucing desa amat senang dengan kedatangan sang kucing kota, sang kucing kota berbincang-bincang mengenai pengalamanya, dan sang kucing desa hanya mendengarkan cerita itu. Sang kucing desa menjamu sang kucing kota dengan makanan yang sederhana. Sang kucing kota mengunyah makanan-makanan hidangan itu dengan sangat sopan meskipun itu hanyalah sekedar basa-basi belaka. Sang kucing desa sangat tertarik mendengar cerita dari kucing kota itu sang kucing ingin sekali mencicipi bagaimana enaknya hidup di sebuah perkotaan yang penuh dengan makanan.
Hingga akhirnya mereka tidur berdua dengan tenang dan nyaman di atas rerumputan dan jerami kering di bawah sebuah pohon yang rindang hingga ayam berkokok menandakan pagi hari telah tiba. Ketika tidur semalam sang kucing desa bermimpi hidup di sebuah kota dengan segala kemewahaannya hingga dia mau ketika sang kota mengajaknya untuk pergi ke kota bersamanya dengan janji bahwa sang kucing kota akan memberikan kesenangan, kemewahan dari kehidupan kota. Lalu mereka berdua berangkat ke kota dengan penuh harapan.
Sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar dan mewah ketika mereka masuk sang kucing desa kaget dengan makanan di atas meja, dia mencium aroma yang sangat enak dan lezat hingga semangat makannya kini meningkat. Tidak lama kemudian penghuni rumah datang dan melihat sang kucing desa telah berada di meja makan mengendus-ngendus makanan mereka.
Dengan penuh amarah penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul sang kucing desa, sang kucing desa merasa ketakutan dengan kelakuan penghuni rumah dia berlari menjauh darinya, lalu sang kucing kota menjelaskan kepada kucing desa bahwa bukan begitu cara mendapatkan makanan disini. “Pertama biarkan para penghuni rumah makan dengan tenang, kemudian kau harus mendekatinya sambil meminta-minta dan mengesek-gesekan tubuhmu ke penghuni rumah itu maka cara itu akan berhasil kau pasti mendapatkan makanan dari penghuni rumah.” jelas sang kucing kota, sang kucing desa mencoba apa yang dikatakan sang kucing kota, memang benar dia mendapatkan makanan dari penghuni rumah namun makanan itu adalah makanan sisa seperti tulang belulang.
Sang kucing desa kecewa dengan keadaannya di kota dia berbicara kepada sang kucing kota “aku memang memiliki kemewahan disini tapi apa mewahnya jika aku hanya mendapatkan sisa makanan, dan hidupku tidak tenang ketika aku akan mencicipi makanan di meja itu sebilah kayu menghantam tubuhku.” lalu sang kucing keluar dan meninggalkan kota tersebut, kini dia kembali ke desa dengan makanan yang sederhana namun penuh dengan kedamaian dan ketenangan. Pesan moral dari Contoh Cerita Hewan Fabel : Kucing Kota Dan Kucing Desa adalah bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini.
Sarang Sang Semut
Suatu hari, matahari bersinar sangat cerah. Para penduduk hutan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Termasuk sang Kancil yang asik makan dedaunan segar. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang sedang menangis. Kancil mencari asal suara tersebut. ternyata, suara tersebut berasal dari Semut. Kancil pun langsung mendekatinya.
‘’ Hei teman? mengapa kau menangis?’’ Tanya Kancil.
‘’ Kancil, aku sangat sedih sekali. Saranngku baru saja dirusak oleh Jago.’’ Jawab Semut menangis.
Jago adalah salah satu hewan yang sangat terkenal selalu mengganggu hewan lainnya. Kancil pun merasa sangat kasihan.
‘’ Temanku, sabarlah. Aku akan menemui Jago dan menasehatinya. Aku pun akan mengajaknya untuk membangun sarang mu bersama-sama.’’ Ujar Kancil menenangkan
‘’ Terimakasih Kancil. Kau baik sekali.’’ Jawab Semut senang
Kancil hanya tersenyum, mereka berdua pun langsung menuju rumah Jago.
‘’ Hei teman.’’ sapa Kancil
‘’ Hei Cil, ada apa kau datang kerumahku pagi-pagi seperti ini?’’ Tanya Jago heran.
‘’ Aku kesini untuk menemuimu Jago! Apakah kau sudah merusak sarang semut? Kasihan sekali Semut, sekarang ia tidak mempunyai tempat tinggal. Aku datang kesini untuk mengajakmu membangun sarangnya bersama-sama.’’ Kata Kancil.
‘’ Apa yang dikatakan Semut tidak benar Cil. Aku hanya mencari makan, tidak merusak sarangnya.’’ Ujar Jago mengelak.
‘’ Kau memang sedang mencari makan. Namun, kamu menghancurkan rumahku.’’ Kata Semut.
‘’ Kamu tidak boleh seperti itu Jago! Kasihan sekali Semut, sekarang ia tidak mempunyai rumah karena mu.’’ Ujar Kancil.
‘’ baiklah, aku minta maaf Semut. Aku berjanji tidak akan mengulnginya lagi.’’ Kata Jago.
Mendengar Jago meminta maaf membuat semut dan Kancil merasa lega.
‘’ Baiklah, aku akan memaafkanmu Jago.’’ Kata Semut.
‘’ Semuanya sudah jelas, Jago sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadamu Semut. Sekarang, mari kita bersama-sama membangun sarang Semut yang baru.’’ Ujar Kancil
Akhirnya, mereka pun bersama-sama membuat sarang Semut yang baru dan berteman baik dari sebelumnya.



Pengorbanan Seekor Katak

Dahulu kala di negeri Korea hiduplah seorang petani yang miskin. Ia tinggal di sebuah dusun yang terletak di lereng sebuah gunung yang tinggi. Petani itu mempunyai seorang puteri yang bernama Bok-Sury. Istrinya telah lama meninggal. Bok-Sury adalah seorang gadis yang rajin dan pemberani. Ia sangat menyayangi ayahnya.
Suatu hari ketika Bok-Sury memasak di dapur, seekor katak melompat-lompat masuk. Katak itu duduk dekat kakinya. Tiba-tiba katak itu berkata, “Bok-Sury berikanlah aku nasi sedikit. Perutku lapat sekali”. Bok-Sury sangat terkejut mendengar katak itu dapat berbicara. Tapi karena ia seorang gadis yang pemberani, maka diberikannya nasi sedikit pada katak itu. Dengan lahapnya katak itu memakan nasi pemberiannya. Katak itu kembali berkata, “terima kasih Bok-Sury! Sekarang biarkanlah aku tinggal di pojok dapurmu. Aku tak mempunyai keluarga, dan lagi pula aku senang tinggal di dekatmu.”
Bok-Sury tidak mengusir katak itu. Ia pun merasa kesepian, katak itu dapat dijadikan teman bicaranya. Setiap hari bila Bok-Sury masak, disisakannya sedikit untuk katak itu. Tak seorang pun tahu tentang si katak. Ayahnya pun tak tahu. Karena tak bergerak-gerak maka tumbuhlah katak itu menjadi besar sekali. Bila orang melihat akan disangkanya katak itu seekor anjing.
Suatu ketika ayah Bok-Sury jatuh sakit. Badannya semakin kurus, mukanya pucat. Bok-Sury berusaha keras untuk menyembuhkan ayahnya, tapi ia tak berhasil. Ada seorang tabib yang tinggal jauh sekali dari dusun mereka. Karena Bok-Sury sangat menyayangi ayahnya, ia pergi juga menjemput tabib itu. Setelah memeriksanya, tabib itu berkata, “Bok-Sury, ayahmu sakit keras. Aku tak kuasa menyembuhkannya. Ada sebuah obat yang dapat menyembuhkan yaitu Ginseng. Tapi obat itu mahal sekali.”
Bok Sury merasa sedih sekali mendengar keterangan tabib. Ia tak punya uang dan tak dapat meninggalkan ayahnya untuk bekerja. Sementara itu, di sebuah dusun di lereng gunung yang sama, rakyat sedang gelisah. Di sana terdapat istana tua yang dihuni oleh mahluk raksasa. Setiap tahun rakyat harus mengorbankan seorang manusia. Orang yang dijadikan mangsa itu diletakkan di atas sebuah altar di dalam istana. Bila keesokan harinya rakyat melihat orang itu sudah tidak ada, maka itu tandanya mereka akan selamat dari amukan mahluk raksasa selama setahun. Sudah banyak yang menjadi korban. Sekarang rakyat sedang kebingungan. Mereka tidak mempunyai korban buat si mahluk raksasa. Akhirnya rakyat mengumpulkan uang. Uang yang banyak itu akan diberikan kepada siapa saja yang mau dijadikan korban.
Bok-Sury mendengar sayembara itu. Segera diputuskannya untuk menjadikan dirinya korban buat si mahluk raksasa. Ia pergi ke dusun itu dan mendapatkan uang. Dengan uang yang banyak, Bok-Sury pergi membeli ginseng. Betapa sukacitanya, ia ketika dilihatnya ayah tercinta berangsur-angsur sembuh. Bahkan dalam waktu beberapa hari saja ayahnya dapat berdiri dan berjalan. Tapi kegembiraan Bok-Sury tak dapat berlangsung lama. Hari yang ditentukan tiba juga. Bok-Sury masak agak banyak untuk ayahnya. Kepada ayahnya ia berkata, “Ayah, aku akan bertandang ke rumah teman, mungkin agak lama. Ayah makanlah dahulu, sudah kusiapkan.”
Ayah Bok-Sury tak menaruh curiga, karena Bok-Sury sering pergi untuk menolong salah satu tetangganya. Bok-Sury teringat pada kataknya. Ia pergi ke dapur, ternyata sang katak sudah mengetahui rencana Bok-Sury. Katak itu menangis. Bok-Sury dengan lemah lembut membelai kepala katak itu sambil berkata, “Wahai sahabatku yang setia. Hari ini adalah hari terakhir kita bercakap-cakap. Jangan sedih, dan jagalah dirimu baik-baik.” Bok-Sury sesampainya di dusun tempat mahluk raksasa itu berada, langsung dibawa ke istana tua. Ia diletakkan di atas altar persembahan. Suasana sunyi untuk beberapa saat. Bok-Sury memperhatikan keadaan disekelilingnya. Tiba-tiba dilihatnya katak yang dipeliharanya duduk di pojok ruangan. Katak itu memandangnya dengan bola mata yang bersinar-sinar. Tiba-tiba katak itu membuka mulutnya. Dari mulutnya keluar segulung asap berwarna kuning. Asap itu naik ke atas. Tiba-tiba dari atap rumah keluar segulung asap berwarna biru. Asap kuning dari sang katak berusaha menekan asap biru tadi. Terjadi dorong-mendorong antara kedua asap itu. Tapi lihat.. asap kuning itu akhirnya berhasil menggulung asap biru itu. Bersamaan dengan itu bumi seakan bergetar.
Keesokan harinya orang-orang mendatangi istana. Mereka mendapatkan Bok-Sury pingsan di dekat bangkai seekor katak raksasa. Bok-Sury selamat dan dapat kembali ke ayahnya. Ia dianugrahkan uang dan benda-benda berharga lainnya oleh penduduk dusun yang berhasil dibebaskan dari mahluk raksasa. Bok-Sury membawa pulang bangkai raksasa itu. Ia menguburnya dengan khidmat. Bok-Sury hidup bahagia bersama ayahnya.


Singa dan Seekor Tikus

 

Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Perutnya lapar, karena sejak pagi tadi dia belum menyantap sesuap makanan pun. Tiba-tiba penciumannya serasa menemukan ada makanan di dekatnya. Dia mulai mencari-cari apa gerangan yang bisa dimakannya itu. Ternyata, seekor tikus sedang bermain-main di balik rerumputan.
“Hai, tikus, tahukah kamu bahwa engkau telah menggangguku” kata singa sambul mengaum, memperlihatkan taringnya yang tajam “Aaauuuummmmmmm……..!!” “Awas kau akan kujadikan santapan pertamaku hari ini”. Dengan sigap dia meloncat, dan dalam sekejap, tikus kecil yang malang itu sudah berada dalam genggamannya.
“Oh, singa yang baik, janganlah kau makan diriku,” kata tikus itu ketakutan setengah mati. “Di rumahku tujuh ekor anakku sedang menungguku dan makanan yang sedang kubawa ini”, tikus menghiba. Air matanya mulai menetes dari matanya. Dia menangis… cit…cit..cit…cit.
“Ho…ho…ho.. aummmmm, aku tidak akan melepaskanmu tikus kecil. Perutku sudah lapaaaar sekali. Bisa pingsan aku kalau tidak makan sekarang,” singa sudah bersiap hendak memasukkan tikus malang itu ke dalam mulutnya.
“Hai, singa, bagaimana kalau kita buat perjanjian. Hari ini biarkan aku pergi. Aku berjanji akan menolongmu kelak jika kau dalam kesulitan,” kata tikus mulai berani.
“Bagaimana mungkin makhluk kecil sepertimu menolong aku yang kuat dan besar ini. ho..ho..ho.. aummmmm…!” Namun sang Singa kasihan juga akhirnya melihat Tikus kecil itu menangis. “Baiklah, kali ini kau kulepaskan. Lagian dagingmu pasti tidak bisa mengenyangkan perutku. Sana! cepat pergi…!!”
Tikus dengan senang hati berlari meninggalkan singa sambil teriak, “Terima kasih singa…”.
Suatu hari tikus sedang berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Tiba-tiba dia mendengar suara seekor singa sedang mengaum, tampaknya kesakitan. “Auummmmm…. aduuuuhhh… tolooong…tolooong.” “Aku terkena perangkap pemburu nakal… tolooong, auuummmm.”
Tikus segera menghampiri asal suara itu. Rupanya singa masuk perangkap yang dibuat pemburu. “Jangan kawatir singa, aku datang menolongmu…!” Teriak tikus pada singa. “Cepatt! aku sudah tidak tahan lagi…. auuummmm.” kata singa. Tikus segera melompat masuk kedalam lubang perangkap. Satu demi satu tali perangkap yang mengikat singa dia gigit hingga putus. Dan akhirnya… singa terbebas. Segara dia melompat keluar dari lubang perangkap. “Terima kasih Tikus, kalau tidak ada kamu, pasti aku sudah ditangkap pemburu nakal itu. Akhirnya sejak itu Singa dan Tikus bersahabat dan selalu bermain bersama.


(SELESAI)



Si Kancil Kena Batunya


Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,”Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.
Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar. Si siput berkata,”Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.
“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?”. Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. “Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,”Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. “Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil,” kata siput.
Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,”Hai Kancil ! Aku sudah sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.
Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,”Kancil memang tiada duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar. “Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?”. Ejek siput. “Tidak mungkin !”, “Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang”, seru si kancil.
“Sudahlah akui saja kekalahanmu,”ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. “Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.

(SELESAI)

Kasuari dan Dara Mahkota

Dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa dengan mudah mencari makan di atas tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”
Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya.  “Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”
 “Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!” Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.
Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut. Diam-diam Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.
Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.
Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.
(SELESAI)


 

TIKUS DAN ULAR


Pada suatu hari, hiduplah seekor tikus di sebuah hutan rimba. Tikus itu memiliki sifat yang baik hati dan suka tolong menolong. Bahkan penghuni hutan lainnya sangat menyukai tikus itu. Pada suatu ketika tikus itu hendak memcari makan di sebuah pohon yang terdapat banyak buah apel. Tetapi ketika si tikus hendak mengambil sebuah apel, tiba tiba terdengar suatu suara. Dan tikus pun ingin melihat ada apa yang terjadi sehingga menimbulkan suara tersebut.
Ternyata suara tersebut berasal dari semak semak yang bergerak. Dan tikus pun mendekati semak tersebut. Tiba tiba ada seekor ular yang tak sadarkan diri. Tikus pun mendekati ular tersebut karena ia penasaran kenapa ular tersebut ada di sini. Semakin dekat tikus pun marasakan ada sesuatu yang tidak beres, ternyata ular itu tidak benar benar pingsan, ular itu ternyata ingin memakan tikus. Tetapi saat tikus tau ular itu berbohong tikus itu langsung melarikan diri menjauhi ular.
“Untung saja aku bisa selamat dari ular pembohong itu”. Tikus pun melanjutkan mencari makan di tempat lain dan bertemu dengan kelinci. “Hai, kelinci mau kemana?”, tikus bertanya kepada kelinci. “Aku ingin mencari makan, kau juga mau kemana tikus?”. “Aku juga ingin mencari makan juga, apakah kau mau mencari makan bersamaku?”. “Boleh juga ide yang bagus tikus kita mencari makan di hutan sebelah timur saja”. “Baiklah ayo”. Tikus dan kelinci pun mencari makan bersama.
Hari pun semakin gelap tikus pun akan kembali ke rumahnya. Tetapi di tengah tengah perjalanan tikus bertemu dengan ular lagi. Tetapi ular itu terjebak di jaring pemburu. Sebanarnya tikus ingin menolong ular, tetapi ia takut jika nanti akan dimakan oleh ular. “Tolong, tolong”, teriak ular. Ia pun berusaha untuk melepaskan jaring yang melilitnya, tetapi tidak bisa dan ia melihat tikus yang akan lewat. “Tolong aku tikus aku mohon”, pinta ular kepada tikus agar mau membantu ular untuk melepaskan diri dari jaring tersebut. Tapi tikus malah semakin menjauh dan ia takut ditipu lagi oleh ular. Tetapi ular terus meminta bantuan tikus, “tolong tikus tolonglah aku, aku tidak sedang berbohong seperti kemarin”, kata ular agar tikus mau menolongnya. “Benarkah ular kau tidak bohong, tapi aku tidak akan termakan tipuanmu lagi”, tikus hendak pergi meninggalkan ular, tetapi ular berkata “tolonglah aku tikus, aku berjanji akan memenuhi segala permintaanmu!”. Tikus pun memikirkan pesetujuan yang diberikan ular dan ia berkata “Baiklah aku akan membantumu, tetapi engkau tidak boleh menggangu hewan lain di hutan ini termasuk aku!”. “Baiklah aku akan menuruti semua janjimu!”.
Lalu tikus pun membantu ular untuk bebas dari jaring pemburu. “Terima kasih tikus, aku akan selalu mengingat jasamu dan jika kau ada masalah aku akan siap membantumu!”. “Terima kasih juga atas penawaranmu ular”. Lalu ular pun meninggalkan hutan. Akhirnya hutan pun menjadi aman, tentram dan damai setelah ular pergi dan tidak pernah terlihat lagi bahkan tidak pernah berkunjung ke hutan itu lagi.

KANCIL DAN BUAYA


Alkisah, di sebuah pinggir hutan terdapat seekor kancil yang sangat cerdik. Ia hidup di hutan bersama hewan-hewan lainnya, diantaranya adalah kerbau, gajah, kelinci dan masih banyak lagi. Si Kancil selalu mencari makan di pinggiran sungai.
Pada suatu saat ia merasa sangat lapar. Kemudian si Kancil bergagas pergi untuk mencari makan. Setibanya di tepi sungai ia melihat sebuah pohon rambutan yang sangat rimbun di seberang sungai. Si Kancil berniat ingin mengambil buah rambutan tersebut, tetapi di dalam sungai terdapat banyak buaya yang sedang mengintai kancil.
Kemudian para buaya berkata “Hey kancil apakah kau sudah bosan dengan hidupmu sehingga kau datang kemari?”. “Eh… tidak. Aku kesini untuk menyampaikan undangan kepada kalian”. jawab kancil. Kemudian para buaya terkejut mendengar perkataan si kancil. “Undangan apa?”. Lalu kancil menjawab pertanyaan para buaya dengan santai. “Minggu depan raja Sulaiman akan merayakan sebuah pesta dan kalian semua diundang dalam acara tersersebut”. “Pesta…?” timpal para buaya dengan mulut menganga. “Iya pesta. Disana terdapat banyak makanan. Ada daging rusa, daging kerbau dan daging gajah pun juga ada. “Aaaaakh, pasti kau berbohong. Kali ini kau tidak bisa menipu kami lagi”. “Eh tidak-tidak, kali ini aku serius”. jawab kancil untuk meyakinkan para buaya. “Apa kau yakin…?” Tanya para buaya dengan perasaan khawatir akan ditipu kancil. “Iya yakin” jawab kancil. “Baiklah kali ini aku percaya kepadamu” Ujar para buaya. “Nah, sekarang kalian berbarislah dengan rapi, aku akan menghitung berapa jumlah semua buaya yang ada di dalam sungai ini”.
Kemudian para buaya berbaris dengan rapi, berharap mereka semua akan mendapatkan makanan yang sama rata. Kancil pun mulai menghitung satu persatu buaya yang ada dalam sungai terebut. Setelah sampai di punggung buaya terakhir, kancil langsung melompat ke tepian sungai. Kemudian setelah itu ada seekor tupai yang berkata “Pesta itu sudah dirayakan minggu lalu, bukan minggu depan. Ha ha ha!”. Setelah mendengar perkataan tupai, mereka pun merasa tertipu dan sangat marah. Melihat para buaya yang tengah marah, Si kancil malah cengengesan dan menjulurkan lidahnya ke depan. Kemudian kancil bergegas pergi dari tepi sungai, dan menuju pohon rambutan yang berbuah lebat itu. Akhirnya kancil dapat makan buah rambutan yang dia inginkan.

TAMAT

 


SIPUT DAN KURA KURA

Pada zaman dahulu di sebuah sungai tepi hutan hiduplah dua sahabat yang baik. Mereka dikenal sebagai hewan yang pemalu dan jarang mengobrol dengan hewan lain. Karena kura kura dan siput sering diejek oleh hewan lain akibat jalannya yang lambat.
Pada suatu hari ketika siput dan kura kura mencari makan di dalam hutan Mereka melihat kelinci, jerapah, gajah dan hewan lain yang saling mengobrol dan bercanda. Seketika mereka ingin ikut serta dengan hewan hewan tersebut.
“Put apakah kita harus selalu mengasingkan diri dari hewan hewan lain?” tanya kura kura.
“Tidak, aku pun ingin bergaul dengan mereka” jawab si siput.
 “Tapi apakah mereka mau menerima kita, karena mereka selalu mengejek kekurangan kita?” tanya kura kura.
 “Kita harus mencobanya, karena setiap orang juga memiliki kekurangan” jawab si siput.
Keesokan harinya siput dan kura kura mendatangi sekelompok hewan hewan yang sedang bermain.
“Bolehkah kami menjadi teman kalian?” tanya si siput dan kura kura.
Semua hewan pun tertawa terbahak bahak.
 “Hei kalian! Apa yang kau lakukan di sini, kami tidak ingin berteman dengan kalian!” kata gajah.
 “Kalian tidak berguna bagi kami, Pergilah!” kata kelinci.
 “Apa yang kalian katakan? Apakah kalian tidak memiliki kekurangan?” tanya si siput.
Karena melihat si siput sangat marah, kura kura pun mengajak si siput untuk pergi. Hewan hewan pun mulai menertawakan siput dan kura kura.
“Apa yang kau lakukan mengapa kita harus pergi dari mereka?” tanya si siput
“Sudah biarkan apa yang mereka katakan, kita harus menyadari kekurangan kita” jawab kura kura.
Setelah beberapa hari berlalu terjadi hujan deras di hutan tersebut. Karena air yang semakin naik hewan hewan pun berlarian mencari tempat yang lebih tinggi. Pada saat itu kelinci sedang berlari bersama teman temannya tetapi salah satu pohon tumbang dan menimpa kaki kanan kelinci. Kelinci pun berteriak meminta tolong tetapi teman temannya tidak mendengar teriakan kelinci, mereka berlari sangat cepat sebab air yang semakin tinggi. Kelinci pun berusaha melepaskan kakinya dari pohon tersebut.
Air pun semakin tinggi dan pohon yang menimpa kelinci pun mulai mengapung dan kaki kelinci pun bisa terlepas. Tetapi kelinci tidak bisa berlari karena air yang semakin tinggi. Kelinci pun tenggelam dan berteriak meminta tolong. Ketika itu kura kura sedang berenang dan siput menempel di tempurungnya. Kura kura pun segera menyelamatkan kelinci. Dan dibawalah kelinci dengan menaiki tempurungnya pergi ke tempat temannya berada. Kelinci pun berterima kasih dan meminta maaf atas perilakunya terhadap siput dan kura kura.
Keesokan harinya hujan pun reda dan air mulai surut. Hewan hewan pun mulai mencari makan, akan tetapi tanaman tanaman sudah rusak karena banjir kemarin. Si siput pun mengajak semua hewan ke tempat tanaman tanaman tersembunyi yang tidak hanyut oleh air. Semua hewan pun senang ketika banyak dedaunan di tempat tersebut. Dan mereka memakannya dengan sangat lahap.
Sejak peristiwa itu semua hewan pun mulai hidup rukun dan menghormati sipu dan kura kura. Mereka sadar bahwa setiap makhluk memiliki kekurangan dan kelebihan.
Di sebuah hutan kecil di pinggiran desa, ada seekor Kelinci yang sombong. Dia suka mengejek hewan-hewan lain yang lebih lemah. Hewan-hewan lain seperti kura-kura, siput, semut, dan hewan-hewan kecil lain tidak ada yang suka pada kelinci sombong itu.
Suatu hari, si Kelinci berjalan dengan angkuhnya mencari lawan yang lemah untuk diejeknya. Kebetulan dia bertemu dengan kura-kura.
“Hei, kura-kura, si lambat, kamu jangan jalan aja dong.. lari begitu, biar cepat sampai,” kata Kelinci sambir mencibirkan bibirnya ke Kura-kura.
“Biarlah Kelinci, memang jalanku lambat. Yang penting aku sampai dengan selamat ke tempat tujuanku, daripada cepat-cepat nanti jatuh dan terluka,” jawab Kura-kura dengan tenang.
“Hei, kura-kura, bagaimana kalau kita adu lari. Kalau kau bisa menang aku akan beri hadiah apapun yang kau minta,” kata Kelinci dengan tertawa. Dalam hatinya dia berkata, “Mana mungkin dia akan bisa mengalahkanku.”
“Wah, kelinci, mana mungkin aku bertanding adu cepat denganmu, Kamu bisa lari dan loncat dengan cepat, sedangkan aku berjalan selangkah demi selangkah sambil membawa rumahku yang berat ini,” kata kura-kura.
“Nggak bisa, kamu nggak boleh menolak tantanganku ini. Pokoknya besok pagi aku tunggu kau di bawah pohon beringin. Aku akan menghubungi Pak Serigala untuk jadi wasitnya,” Kelinci memaksa.
Kura-kura hanya bisa diam melongo. Dalam hatinya berkata, “Mana mungkin aku bisa mengalahkan Kelinci?”
Keesokan harinya Si Kelinci sudah menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin. Pak Serigala juga sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah kura-kura datang, Pak Serigala berkata, “Peraturannya begini, kalian mulai dari garis di sebelah sana yang di bawah pohon mangga itu. Kalian bisa lihat nggak?” “Bisa… bisa… ,” Kelinci dan kura-kura menjawab. “Nah siapa yang bisa datang duluan di bawah pohon beringin ini, itulah yang menang,” kata Pak Serigala lagi.
“Oke,… satu…. dua… tiga… mulai!” Pak Serigala memberi aba-aba. Kelinci segera meloncat mendahului kura-kura, yang mulai melangkah pelan, karena dia tidak bisa meninggalkan rumahnya. “Ayo kura-kura, lari dong…..!” teriak Kelinci dari kejauhan. “Baiklah aku tunggu di sini ya…,” katanya lagi sambil mengejek kura-kura. Kelinci duduk-duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus pelan dan sejuk, sehingga membuat Kelinci menjadi mengantuk, dan, tak lama kemudian Kelinci pun tertidur!
Dengan pelan tapi pasti kura-kura melangkah sekuat tenaga. dengan diam-diam dia melewati Kelinci yang tertidur pulas. Beberapa langkah lagi dia akan mencapai finish. Ketika itulah Kelinci bangun. Betapa terkejutnya dia ketika melihat kura-kura sudah hampir mencapai finish. Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat untuk mengejar kura-kura. Namun sudah terlambat, kaki kura-kura telah menyentuh garis finish dan Pak Serigala telah memutuskan bahwa pemenangnya adalah KURA-KURA. Si Kelinci Sombong terdiam seolah tak percaya bahwa dia bisa tertidur.
“Nah, siapa yang menang Kelinci?” tanya kura-kura kepada kelinci. “Wah, ternyata kau menang kura-kura,” jawab kelinci malu. “Sekarang aku hanya minta satu dari kamu, kamu jangan sombong lagi, jangan suka mengejek lagi, dan jangan nakal, ya?” kata kura-kura. “Iya lah kura-kura, mulai sekarang aku tidak akan sombong lagi, tidak akan mengejek lagi. Maafkan aku ya,” kata kelinci. “Iya, nggak apa-apa, sekarang kita berteman ya?” kata kura-kura. Sejak saat itu Kelinci tidak sombong lagi.
(SELESAI)

Semut Yang Hemat

Di zaman Mesir kuno, hiduplah seorang raja yang sangat terkenal keadilannya. Raja tersebut sangat mencintai rakyatnya. Bahkan raja tersebut dalam mencinta keluarganya tidak melebihi cintanya pada rakyatnya. Sehingga kalau ada anggota keluarganya yang bersalah tetaplah di hukum sebagaimana orang lain. Yang lebih istimewa lagi, raja ini juga penyayang binatang.
Karena cintanya pada binatang, suatu hari raja yang adil itu pergi berjalan-jalan menemui seekor semut. Si semut merasa senang dan bangga mendapat kunjungan dari raja.
“Bagaimana kabarmu, semut?” tanya sang Raja.
 “Hamba baik-baik saja Baginda,” jawab semut gembira.
 “Dari mana saja kau pergi?”
 “Hamba sejak pagi pergi ke beberapa tempat tetapi belum juga mendapatkan makanan, Baginda.”
 “Jadi sejak pagi kau belum makan?”
 “Benar, baginda.”

Raja yang adil itu pun termenung sejenak. Kemudian berkata, “Hai, semut. Beberapa banyak makanan yang kau perlukan dalam setahun?”
 “Hanya sepotong roti saja baginda,” jawab semut.
 “Kalau begitu maukah kau kuberi sepotong roti untuk hidupmu setahun?”
 “Hamba sangat senang, Baginda.”
“Kalau begitu, ayo engkau kubawa pulang ke istana,” ujar Raja, lalu membawa semut itu ke istananya. Semut sangat gembira karena mendapatkan anugerah makanan dari sang raja. Ia tidak susah-susah lagi mencari makanan dalam setahun. Dan tentu saja roti pemberian sang raja akan lebih manis dan enak.
“Sekarang engkau masuklah ke dalam tabung yang telah kuisi sepotong roti ini!” perintah sang raja. “Terimakasih, Baginda. Hamba akan masuk.”
“Setahun yang akan datang tabung ini baru akan kubuka,” ujar sang raja lagi.
 “Hamba sangat senang, Baginda.”

Tabung berisi roti dan semut itu pun segera ditutup rapat oleh sang raja. Tutup tabung itu terbuat dari bahan khusus, sehingga udara tetap masuk ke dalamnya. Tabung tersebut kemudian disimpan di ruang khusus di dalam istana.
Hari-hari berikutnya sang raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai urusan ia selesaikan secara bijaksana. Akhirnya setelah genap setahun, teringatlah sang raja akan janjinya pada semut.
Perlahan-lahan raja membuka tutup tabung berisi semut itu. Ketika tutup terbuka, si semut baru saja menikmati roti permberian raja setahun lalu.
“Bagaimana kabarmu, semut?” tanya sang raja ketika matanya melihat semut di dalam tabung.
“Keadaan hamba baik-baik saja, Baginda.”
 “Tidak pernah sakit selama setahun di dalam tabung?”
 “Tidak baginda. Keadaan hamba tetap sehat selama setahun.”

Kemudian sang raja termenung sejenak sambil melihat sisa roti milik semut di dalam tabung.
“Mengapa roti pemberianku yang hanya sepotong masih kau sisakan separuh?” tanya sang raja.
“Betul, Baginda.”
 “Katanya dalam setahun kau hanya memerlukan sepotong roti. Mengapa tak kau habiskan?”
“Begini, Baginda. Roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan

Baginda lupa membuka tutup tabung ini. Kalau Baginda lupa membukanya, tentu saja hamba masih dapat makan roti setahun lagi. Tapi untunglah Baginda tidak lupa. Hamba senang sekali.”
Sang raja sangat terkejut mendengar penjelasaan si semut yang tahu hidup hemat. Sang raja tersenyum kecil di dekat semut.
“Kau semut yang hebat. Kau dapat menghemat kebutuhanmu. Hal ini akan kusiarkan ke seluruh negeri agar rakyatku dapat mencotohmu. Kalau semut saja dapat menghemat kebutuhannya, mengapa manusia justru gemar hidup boros?”
 “Sebaiknya Baginda jangan terlalu memuji hamba,” jawab si semut.
Semut itu akhirnya mendapat hadiah lagi dari raja. Sebagai tanda terimakasih karena telah mengajarinya hidup hemat.
 (SELESAI)
 

1 komentar:

  1. wah ane udah mengerti sekarang artikel contoh cerita fabel thanks gan! semoga tetap update blog ini kedepannya agar Indonesia jaya!

    BalasHapus