Semut Dan Gajah
Dahulu
kala di sebuah hutan sangat rimba. Hiduplah bermacam-macam binatang, dari yang
paling kecil seperti Semut dan binatang yang paling besar seperti Gajah.
Gajah
sangat angkuh, ia mengakui dirinya paling kuat. Gajah binatang yang di segani
di hutan tersebut karena berhasil mengalahkan Harimau si raja hutan. Gajah
dengan mudah mengalahkan Harimau, dengan belalainya yang panjang, Harimau
diangkat timggi-tinggi dan di banting ke tanah. Karena dapat mengalahkan
Harimau, Gajah mengaku sebagai pengusa hutan rimba yang baru.
Gajah
sangat sombong. Karena badannya yang sangat besar, ia berpikir dapat
mengalahkan semua binatang. Ia menyepelekan hewan-hewan yang berada di hutan.
Karena kesombongan itu, ia tidak di senangi oleh hewan-hewan lainnya.
Pada suatu hari,
Gajah mengadakan suatu sayembara, siapapun yang dapat mengalahkannya, ia berhak
menggantikannya sebagai Raja hutan.
Sayembara
itu di sambut sangat antusias dari berbagai binatang. Terutama binatang buas
yang suka memangsa binatang kecil yang tidak berdaya.
Sayembara yang
dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang yang besar
seperti. Harimau, Badak, Landak, dan Beruang. Namun, pada saat mereka melihat
Gajah, mereka merasa takut untuk melawannya. Semua binatang tidak ada yang
berani berhadapan dengan binatang raksasa itu.
Melihat
tidak ada seekor pun yang dapat mengalahkannya. Kesombongannya pun sangat
meningkat. Gajah pun menakut-nakuti hewan lainya dengan menjulurkan belalainya
yang panjang di depan semua hewan. Ia merasa paling kuat dan di takuti semua
hewan.
Ketika Gajah
menunjukan kesombongannya. Tiba-tiba turunlah seekor Semut dari batang pohon.
‘’ Aku ingin
mengikuti sayembara ini! Bolehkan aku ikut?’’ Tanya Semut dengan ramah.
‘’ Hei kau hewan
kecil! Kau bukan lawanku. Kau aka melawanku yang sebesar ini? Tubuhmu saja
tidak ada sebesar ujung ekorku.!’’ Jawabnya sambil tertawa.
Mendengar ucapan
Gajah, Semut pun merasa kesal. Namun, ia tetap rendah hati.
‘’ Baiklah Gajah, sekarang kau
boleh smbong di hadapanku. Namun, kau belum pernah merasakan gigitanku bukan?’’
jawabnya.
Gajah
pun mulai marah mendengar yang di ucapkap Semut. Ia langsung masuk kedalam
arena pertarungan.
‘’ Majulah hei
kau Semut!’’ kata sang Gajah.
Dengan
gagah berani Semut maju ke dalam arena. Pertempuran terjadi sangat tidak
seimbang. Semut di injak-injak Gajah dengan sangat mudah. Namun, Semut yang
cerdik dan berani itu mencari kesempatan. Tanpa Gajah sadari, Semut berhasil
naik ke atas punggung Gajah yang besar itu. Kesempatan itu tidak di sia-siakan
oleh si kecil Semut. Semut hatu kelemahan Gajah terletak pada telinga yang
besar dan lebar itu. Perlahan-lahan ia masuk ke lubang telinga Gajah. Semut
mulai menggerogoti isi telinga Gajah. Gajah mulai merasa kesakitan. Tubuhnya
yang sangat besar itu berguling-guling di atas tanah karena menahan
kesakitannya. Gajah berusaha mengeluarkan Semut itu dari telinganya.
Namun, usahanya sia-sia.
‘’ Ampun Semut!
Aku mengaku bersalah.’’ Teriak Gajah. Heban besar itu mulai menyerah.
Mendengar
teriakan Gajah, ia merasa sangat kasihan. Semut keluar dari lubang telinga.
‘’ Mangkannya
hidup tidak boleh sombong dan angkuh. Kamu besar. Namun, ada lagi yang lebih
besar. Sekarang kamu kuat. Namun, ada yang lebih kuat dari kamu. Kekuatan
tenaga tidak selalu dapat menolong. Namun, kecerdikan otak selalu di atas
segalanya.’’ Ujarnya.
Gajah hanya terdiam.
Ia merasa sangat malu, hewan-hewan lain hanya menyaksikan kekalahan Gajah dan
tertawa dan bersorak-sorak. Salah satu binatang yang turut menonton pertarungan
member komentar.
‘’ Mangkannya
jangan suka meremehkan hewan lainnya. Semut, memang binatang yang sangat kecil.
Namun, Semut adalah pahlawan yang dapat mengalahkan kesombongan dan
keangkuhan.’’
Pesan
moral dari Cerita Dongeng Binatang : Fabel Semut Dan Gajah adalah
sehebat-hebatnya kita pasti ada orang lain yang memiliki keahlian yang lebih tinggi.
Kelebihan yang kita miliki jangan membuat kita sombong dan lupa diri. Justru
harus rendah hati dan bersyukur.
Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul
Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor
anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat tinggi, keledai itu sengaja mencari
anjing gunung untuk berburu bersama di sebuah hutan yang cukup lebat dan tidak
lama keledai itu menaiki gunung akhirnya dia menemukan seekor anjing gunung
sedang berjalan. Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu bersama dan akhirnya
anjing gunung itu menerima ajakan dari sang keledai, kini sang keledai dan
anjing gunung pergi ke hutan lebat itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu
sang keledai menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon
besar. Sang keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu bersama dan
macan tutul itupun menerima ajakan sang keledai.
Setelah sang keledai mengumpulkan teman
berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan Tutul kini mereka pergi bersama-sama
memasuki hutan lebat untuk berburu bersama, mereka menangkap hewan-hewan dengan
kerjasama yang baik hewan apapun bisa mereka tangkap dengan mudah mereka
berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari. Mereka berhasil
mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka bawa ke tempat terbuka
dan mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan hasil buruan mereka
terdiri dari seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini
waktunya mereka membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.
Sang macan tutul
menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu “Keledai silahkan kau bagi
makanan-makanan itu” Perintah sang macan tutul lalu keledai itu menghitung
dengan cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia
membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama
banyak. Melihat pembagian itu sang macan tutul sangat marah kemudian dia
menerkam sang keledai hingga keledai itu mati dan kini tumpukan makanan telah
bertambah. Kemudian sang macan tutul menoleh ke arah anjing gunung “Sekarang
kamu bagikan hewan-hewan itu”. Perintahnya dengan marah, kini sang anjing
gunung mendekati makanan itu dia menumpukan kembali hewan-hewan yang telah
dibagikan oleh sang kedelai menjadi tumpukan yang besar kemudian dia menggigit
seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya sendiri, itupun hanya seekor kelinci
yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk sang macan tutul.
Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda
dia melihat keputusan sang anjing gunung dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam
mengambil sebuah keputusan wahai anjing gunung, kau membagikan makanan ini
dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari sang keledai?”. Tanya sang
macan tutul “Ya aku belajar dari sang keledai” jawab anjing gunung itu sambil
pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga tidak mau mengulangi nasib sama
dengan keledai itu” celetuk sang anjing. Dalam hatinya anjing gunung sangat
kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan
membantu macan tutul di kemudian hari.
Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel :
Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul adalah sifat serakah dan curang akan
membuat orang lain menjauhi kita. Dan pada suatu saat kita butuh bantuan orang
lain mereka tidak akan mau membantu.
Kuda yang memakai kulit harimau
Seekor
kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat,
kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu dia terlihat gembira
karena tidak ada petani gandum menjaga ladangnya.
Ketika
dia menuju hutan lebat di tengah jalan sang kuda melihat sesuatu dengan heran
seperti sebuah kulit harimau lalu kuda itu mendekatinya dan ternyata memang
benar apa yang dia lihat adalah sebuah kulit harimau yang tidak sengaja
ditinggalkan oleh para pemburu harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit harimau
itu dan ternyata pas ditubuhnya.
Lalu
terlintas di benak kuda itu untuk menakuti hewan-hewan hutan yang melewati
dirinya, kuda itu bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Tempat itu harus
terlihat gelap dan sering dilalui oleh beberapa hewan hutan. Akhirnya dia
menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi dan kuda itupun masuk
ke semak-semak dengan menggunakan kulit harimaunya, di semak-semak kuda itu
bersembunyi menunggu hewan hutan yang melewatinya dan tidak lama kemudian
beberpa domba gunung berjalan ke arah dirinya kuda itu kini bersiap-siap untuk
meloncat.
Ketika
domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi kuda itu meloncat ke arah
domba-domba itu dan serentak domba-domba itu berlarian kesana kemari mereka
ketakukan dengan kulit harimau yang di pakai oleh kuda itu. Sang kuda hanya
tertawa setelah domba-domba itu berlarian dia amat senang sekali menjaili
domba-doma itu.
Lalu
sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia menunggu hewan lain
datang melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat seekor tapir berjalan
sambil mengunyah sesuatu dimulutnya, tapir itu berjalan dengan sangat lambat
mendekati semak-semak namun ketika kuda itu meloncat ke arah tapir itu sang
tapir terkejut dan lari sekencang-kencangnya menghindari menghindari kuda yang
memakai kulit harimau itu. Sang kuda kini semakin senang mengganggu hewan-hewan
lainnya dan dia kembali ke semak-semak itu menunggu hewan lain untuk dia
kagetkan.
Kini
sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal itu tidak membuatnya
bosan tiba-tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus
dimulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak kucing itu hanya duduk
menyantap tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar, melihat hal itu sang kuda
berinisiatif untuk mengagetkannya dari arah belakang. Kuda itu keluar dari
semak-semak dan berjalan dengan hati hati agar lebih dekat dengan sang kucing
ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum seperti halnya
seekor harimau namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah suara
harimau melainkan suara seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing menoleh ke
belakang dan dia melihat kuda itu dengan kulit harimau namun bersuara kuda.
Hal
itu membuat sang kucing tertawa terbahak-bahak “Apabila aku melihatmu memakai
kulit harimau itu aku akan lari ketakutan tapi auman suaramu itu tetap bukan
suara harimau melainkan suara seekor kuda”.
Pesan
Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel : Kuda yang memakai kulit harimau adalah
sepandai-pandainya kita berpura-pura maka suatu saat akan terlihat juga
kebohongannya. Kejujuran merupakan kata yang paling indah di dunia ini.
Burung Bangau dan Seekor Anjing
Suatu
hari seekor anjing pergi mencari makanan ke sebuah danau, disana terkadang
terdapat beberapa makanan terkadang pula tidak sama sekali ada makanan untuk
sang anjing. Sang anjing menggunakan penciuman, mata dan telingannya untuk
mencari makanan hingga ketika dia berjalan sang anjing mencium bau anyir lalu
dia mengikuti arah bau itu dan sampailah dia tepat dimana bau itu berasal namun
dia tidak menemukan ikan itu di tanah maupun dekat air danau. Ketika dia
melihat ke atas ternyata seekor bangau bertengger di sebuah pohon, paruhnya
yang besar sedang memegang ikan di paruhnya. Burung bangau itu bukanlah burung
yang sering dilihat oleh sang anjing.
Sang
anjing tersenyum bahagia karena dia telah menemukan makanan, meskipun makanan
itu dipegang oleh seekor burung bangau yang besar “ah aku tidak perlu mencari
ke tempat yang jauh karena aku sudah menemukan makanan yang aku cari dan
makanan itu cukup untuk membuatku kenyang.” pikir sang anjing. Sang anjing kini
melihat sang burung bangau yang bertengger di pohon itu dengan penuh rasa kagum
lalu sang anjing berkata sambil berteriak dengan keras “hai burung yang indah
dan cantik, kau kelihatan sangat indah ketika bertengger di dahan itu.” sang
burung bangau menoleh ke arah sang anjing dengan memiringkan kepalanya dia
memperhatikan sang anjing dengan sangat curiga, sang burung bangau tetap
menutup paruhnya dan tidak membalas sahutan sang anjing.
“Lihatlah
kakimu yang besar dan kuat itu” kata sang anjing “tubuhmu yang besar dan warna
bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangat cantik dan
paruhmu yang panjang itu sangat indah.” rayu sang anjing, “burung indah seperti
dirimu pasti memiliki suara yang cukup bagus dan merdu, kau adalah burung
sempurna ketika kau bernyanyi dengan indah dan aku akan memujimu selayaknya
sang ratu burung yang indah.” Mendengar rayuan sang anjing yang begitu membuat
senang sang burung bangau, sang burung bangau kini lupa akan rasa curiga dan
ikan besar yang dipegang oleh mulutnya. Sang burung bangau ingin sekali
disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan kini dia membuka mulutnya dan
mengeluarkan suara-suaranya yang cukup keras. Tidak sadar sang burung telah
menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing.
Sang
anjing berhasil mengelabui sang burung, ketika ikan itu jatuh ke tanah sang
anjing menginjak itu sambil berkata “Kau memang burung besar dan cantik, kau
memiliki suara meskipun tidak semerdu burung lain tapi dimanakah otakmu kau
menjatuhkan ikan yang cukup besar ini, aku sangat berterima kasih.” Sang anjing
menggigit dan pergi dari sang burung sambil tersenyum manis dan sang burung
kini menyesali perbuatannya. Pesan moral dari Contoh Cerita
Hewan Fabel : Burung Bangau dan Seekor Anjing adalah kesombongan akan membuat
kita lupa diri, sehingga merugikan kita dimasa yang akan datang. Hati-hati
dalam menerima pujian karena bisa saja pujian justru akan menjatuhkan kita.
Kucing Kota Dan Kucing Desa
Suatu
hari di saat matahari hampir tenggelam seekor kucing kota dengan bulu lebat dan
menawan datang menjenguk saudaranya di sebuah desa, kucing desa amat senang
dengan kedatangan sang kucing kota, sang kucing kota berbincang-bincang
mengenai pengalamanya, dan sang kucing desa hanya mendengarkan cerita itu. Sang
kucing desa menjamu sang kucing kota dengan makanan yang sederhana. Sang kucing
kota mengunyah makanan-makanan hidangan itu dengan sangat sopan meskipun itu
hanyalah sekedar basa-basi belaka. Sang kucing desa sangat tertarik mendengar
cerita dari kucing kota itu sang kucing ingin sekali mencicipi bagaimana
enaknya hidup di sebuah perkotaan yang penuh dengan makanan.
Hingga
akhirnya mereka tidur berdua dengan tenang dan nyaman di atas rerumputan dan
jerami kering di bawah sebuah pohon yang rindang hingga ayam berkokok
menandakan pagi hari telah tiba. Ketika tidur semalam sang kucing desa bermimpi
hidup di sebuah kota dengan segala kemewahaannya hingga dia mau ketika sang
kota mengajaknya untuk pergi ke kota bersamanya dengan janji bahwa sang kucing
kota akan memberikan kesenangan, kemewahan dari kehidupan kota. Lalu mereka
berdua berangkat ke kota dengan penuh harapan.
Sampailah
mereka di sebuah rumah yang cukup besar dan mewah ketika mereka masuk sang
kucing desa kaget dengan makanan di atas meja, dia mencium aroma yang sangat
enak dan lezat hingga semangat makannya kini meningkat. Tidak lama kemudian
penghuni rumah datang dan melihat sang kucing desa telah berada di meja makan
mengendus-ngendus makanan mereka.
Dengan
penuh amarah penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul sang kucing desa, sang
kucing desa merasa ketakutan dengan kelakuan penghuni rumah dia berlari menjauh
darinya, lalu sang kucing kota menjelaskan kepada kucing desa bahwa bukan
begitu cara mendapatkan makanan disini. “Pertama biarkan para penghuni rumah
makan dengan tenang, kemudian kau harus mendekatinya sambil meminta-minta dan
mengesek-gesekan tubuhmu ke penghuni rumah itu maka cara itu akan berhasil kau
pasti mendapatkan makanan dari penghuni rumah.” jelas sang kucing kota, sang
kucing desa mencoba apa yang dikatakan sang kucing kota, memang benar dia
mendapatkan makanan dari penghuni rumah namun makanan itu adalah makanan sisa seperti
tulang belulang.
Sang
kucing desa kecewa dengan keadaannya di kota dia berbicara kepada sang kucing
kota “aku memang memiliki kemewahan disini tapi apa mewahnya jika aku hanya
mendapatkan sisa makanan, dan hidupku tidak tenang ketika aku akan mencicipi
makanan di meja itu sebilah kayu menghantam tubuhku.” lalu sang kucing keluar
dan meninggalkan kota tersebut, kini dia kembali ke desa dengan makanan yang
sederhana namun penuh dengan kedamaian dan ketenangan. Pesan moral dari Contoh
Cerita Hewan Fabel : Kucing Kota Dan Kucing Desa adalah bersyukurlah atas apa
yang kita miliki saat ini.
Sarang Sang Semut
Suatu hari, matahari bersinar sangat cerah. Para
penduduk hutan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Termasuk sang Kancil
yang asik makan dedaunan segar. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang
sedang menangis. Kancil mencari asal suara tersebut. ternyata, suara tersebut
berasal dari Semut. Kancil pun langsung mendekatinya.
‘’ Hei teman? mengapa kau menangis?’’ Tanya
Kancil.
‘’ Kancil, aku sangat sedih sekali. Saranngku
baru saja dirusak oleh Jago.’’ Jawab Semut menangis.
Jago adalah salah satu hewan yang sangat terkenal
selalu mengganggu hewan lainnya. Kancil pun merasa sangat kasihan.
‘’ Temanku, sabarlah. Aku akan menemui Jago dan
menasehatinya. Aku pun akan mengajaknya untuk membangun sarang mu
bersama-sama.’’ Ujar Kancil menenangkan
‘’ Terimakasih Kancil. Kau baik sekali.’’ Jawab Semut senang
Kancil hanya tersenyum, mereka berdua pun
langsung menuju rumah Jago.
‘’ Hei teman.’’ sapa Kancil
‘’ Hei Cil, ada apa kau datang kerumahku
pagi-pagi seperti ini?’’ Tanya Jago heran.
‘’ Aku kesini untuk menemuimu Jago! Apakah kau
sudah merusak sarang semut? Kasihan sekali Semut, sekarang ia tidak mempunyai
tempat tinggal. Aku datang kesini untuk mengajakmu membangun sarangnya
bersama-sama.’’ Kata Kancil.
‘’ Apa yang dikatakan Semut tidak benar Cil. Aku
hanya mencari makan, tidak merusak sarangnya.’’ Ujar Jago mengelak.
‘’ Kau memang sedang mencari makan. Namun, kamu
menghancurkan rumahku.’’ Kata Semut.
‘’ Kamu tidak boleh seperti itu Jago! Kasihan
sekali Semut, sekarang ia tidak mempunyai rumah karena mu.’’ Ujar Kancil.
‘’ baiklah, aku minta maaf Semut. Aku berjanji
tidak akan mengulnginya lagi.’’ Kata Jago.
Mendengar Jago meminta maaf membuat semut dan Kancil
merasa lega.
‘’ Baiklah, aku akan memaafkanmu Jago.’’ Kata
Semut.
‘’ Semuanya sudah jelas, Jago sudah mengakui
kesalahannya dan meminta maaf kepadamu Semut. Sekarang, mari kita bersama-sama
membangun sarang Semut yang baru.’’ Ujar Kancil
Akhirnya, mereka pun bersama-sama membuat sarang
Semut yang baru dan berteman baik dari sebelumnya.
Pengorbanan Seekor Katak
Dahulu kala di
negeri Korea hiduplah seorang petani yang miskin. Ia tinggal di sebuah dusun
yang terletak di lereng sebuah gunung yang tinggi. Petani itu mempunyai seorang
puteri yang bernama Bok-Sury. Istrinya telah lama meninggal. Bok-Sury adalah
seorang gadis yang rajin dan pemberani. Ia sangat menyayangi ayahnya.
Suatu hari ketika
Bok-Sury memasak di dapur, seekor katak melompat-lompat masuk. Katak itu duduk
dekat kakinya. Tiba-tiba katak itu berkata, “Bok-Sury berikanlah aku nasi
sedikit. Perutku lapat sekali”. Bok-Sury sangat terkejut mendengar katak itu
dapat berbicara. Tapi karena ia seorang gadis yang pemberani, maka diberikannya
nasi sedikit pada katak itu. Dengan lahapnya katak itu memakan nasi
pemberiannya. Katak itu kembali berkata, “terima kasih Bok-Sury! Sekarang
biarkanlah aku tinggal di pojok dapurmu. Aku tak mempunyai keluarga, dan lagi
pula aku senang tinggal di dekatmu.”
Bok-Sury tidak
mengusir katak itu. Ia pun merasa kesepian, katak itu dapat dijadikan teman
bicaranya. Setiap hari bila Bok-Sury masak, disisakannya sedikit untuk katak
itu. Tak seorang pun tahu tentang si katak. Ayahnya pun tak tahu. Karena tak
bergerak-gerak maka tumbuhlah katak itu menjadi besar sekali. Bila orang
melihat akan disangkanya katak itu seekor anjing.
Suatu ketika ayah
Bok-Sury jatuh sakit. Badannya semakin kurus, mukanya pucat. Bok-Sury berusaha
keras untuk menyembuhkan ayahnya, tapi ia tak berhasil. Ada seorang tabib yang
tinggal jauh sekali dari dusun mereka. Karena Bok-Sury sangat menyayangi
ayahnya, ia pergi juga menjemput tabib itu. Setelah memeriksanya, tabib itu
berkata, “Bok-Sury, ayahmu sakit keras. Aku tak kuasa menyembuhkannya. Ada
sebuah obat yang dapat menyembuhkan yaitu Ginseng. Tapi obat itu mahal sekali.”
Bok Sury merasa
sedih sekali mendengar keterangan tabib. Ia tak punya uang dan tak dapat meninggalkan
ayahnya untuk bekerja. Sementara itu, di sebuah dusun di lereng gunung yang
sama, rakyat sedang gelisah. Di sana terdapat istana tua yang dihuni oleh
mahluk raksasa. Setiap tahun rakyat harus mengorbankan seorang manusia. Orang
yang dijadikan mangsa itu diletakkan di atas sebuah altar di dalam istana. Bila
keesokan harinya rakyat melihat orang itu sudah tidak ada, maka itu tandanya
mereka akan selamat dari amukan mahluk raksasa selama setahun. Sudah banyak
yang menjadi korban. Sekarang rakyat sedang kebingungan. Mereka tidak mempunyai
korban buat si mahluk raksasa. Akhirnya rakyat mengumpulkan uang. Uang yang
banyak itu akan diberikan kepada siapa saja yang mau dijadikan korban.
Bok-Sury mendengar
sayembara itu. Segera diputuskannya untuk menjadikan dirinya korban buat si
mahluk raksasa. Ia pergi ke dusun itu dan mendapatkan uang. Dengan uang yang
banyak, Bok-Sury pergi membeli ginseng. Betapa sukacitanya, ia ketika
dilihatnya ayah tercinta berangsur-angsur sembuh. Bahkan dalam waktu beberapa
hari saja ayahnya dapat berdiri dan berjalan. Tapi kegembiraan Bok-Sury tak
dapat berlangsung lama. Hari yang ditentukan tiba juga. Bok-Sury masak agak
banyak untuk ayahnya. Kepada ayahnya ia berkata, “Ayah, aku akan bertandang ke
rumah teman, mungkin agak lama. Ayah makanlah dahulu, sudah kusiapkan.”
Ayah Bok-Sury tak
menaruh curiga, karena Bok-Sury sering pergi untuk menolong salah satu
tetangganya. Bok-Sury teringat pada kataknya. Ia pergi ke dapur, ternyata sang
katak sudah mengetahui rencana Bok-Sury. Katak itu menangis. Bok-Sury dengan
lemah lembut membelai kepala katak itu sambil berkata, “Wahai sahabatku yang
setia. Hari ini adalah hari terakhir kita bercakap-cakap. Jangan sedih, dan
jagalah dirimu baik-baik.” Bok-Sury sesampainya di dusun tempat mahluk raksasa
itu berada, langsung dibawa ke istana tua. Ia diletakkan di atas altar
persembahan. Suasana sunyi untuk beberapa saat. Bok-Sury memperhatikan keadaan
disekelilingnya. Tiba-tiba dilihatnya katak yang dipeliharanya duduk di pojok
ruangan. Katak itu memandangnya dengan bola mata yang bersinar-sinar. Tiba-tiba
katak itu membuka mulutnya. Dari mulutnya keluar segulung asap berwarna kuning.
Asap itu naik ke atas. Tiba-tiba dari atap rumah keluar segulung asap berwarna
biru. Asap kuning dari sang katak berusaha menekan asap biru tadi. Terjadi
dorong-mendorong antara kedua asap itu. Tapi lihat.. asap kuning itu akhirnya
berhasil menggulung asap biru itu. Bersamaan dengan itu bumi seakan bergetar.
Keesokan harinya
orang-orang mendatangi istana. Mereka mendapatkan Bok-Sury pingsan di dekat
bangkai seekor katak raksasa. Bok-Sury selamat dan dapat kembali ke ayahnya. Ia
dianugrahkan uang dan benda-benda berharga lainnya oleh penduduk dusun yang
berhasil dibebaskan dari mahluk raksasa. Bok-Sury membawa pulang bangkai
raksasa itu. Ia menguburnya dengan khidmat. Bok-Sury hidup bahagia bersama
ayahnya.
Singa dan Seekor Tikus
Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah
padang rumput di hutan. Perutnya lapar, karena sejak pagi tadi dia belum
menyantap sesuap makanan pun. Tiba-tiba penciumannya serasa menemukan ada
makanan di dekatnya. Dia mulai mencari-cari apa gerangan yang bisa dimakannya
itu. Ternyata, seekor tikus sedang bermain-main di balik rerumputan.
“Hai, tikus, tahukah kamu bahwa engkau telah
menggangguku” kata singa sambul mengaum, memperlihatkan taringnya yang tajam
“Aaauuuummmmmmm……..!!” “Awas kau akan kujadikan santapan pertamaku hari ini”.
Dengan sigap dia meloncat, dan dalam sekejap, tikus kecil yang malang itu sudah
berada dalam genggamannya.
“Oh, singa yang baik, janganlah kau makan
diriku,” kata tikus itu ketakutan setengah mati. “Di rumahku tujuh ekor anakku
sedang menungguku dan makanan yang sedang kubawa ini”, tikus menghiba. Air
matanya mulai menetes dari matanya. Dia menangis… cit…cit..cit…cit.
“Ho…ho…ho.. aummmmm, aku tidak akan melepaskanmu
tikus kecil. Perutku sudah lapaaaar sekali. Bisa pingsan aku kalau tidak makan
sekarang,” singa sudah bersiap hendak memasukkan tikus malang itu ke dalam
mulutnya.
“Hai, singa, bagaimana kalau kita buat
perjanjian. Hari ini biarkan aku pergi. Aku berjanji akan menolongmu kelak jika
kau dalam kesulitan,” kata tikus mulai berani.
“Bagaimana mungkin makhluk kecil sepertimu menolong
aku yang kuat dan besar ini. ho..ho..ho.. aummmmm…!” Namun sang Singa kasihan
juga akhirnya melihat Tikus kecil itu menangis. “Baiklah, kali ini kau
kulepaskan. Lagian dagingmu pasti tidak bisa mengenyangkan perutku. Sana! cepat
pergi…!!”
Tikus dengan senang hati berlari meninggalkan
singa sambil teriak, “Terima kasih singa…”.
Suatu hari tikus sedang berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Tiba-tiba dia mendengar suara seekor singa sedang mengaum, tampaknya kesakitan. “Auummmmm…. aduuuuhhh… tolooong…tolooong.” “Aku terkena perangkap pemburu nakal… tolooong, auuummmm.”
Suatu hari tikus sedang berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Tiba-tiba dia mendengar suara seekor singa sedang mengaum, tampaknya kesakitan. “Auummmmm…. aduuuuhhh… tolooong…tolooong.” “Aku terkena perangkap pemburu nakal… tolooong, auuummmm.”
Tikus segera menghampiri asal suara itu. Rupanya
singa masuk perangkap yang dibuat pemburu. “Jangan kawatir singa, aku datang
menolongmu…!” Teriak tikus pada singa. “Cepatt! aku sudah tidak tahan lagi….
auuummmm.” kata singa. Tikus segera melompat masuk kedalam lubang perangkap.
Satu demi satu tali perangkap yang mengikat singa dia gigit hingga putus. Dan
akhirnya… singa terbebas. Segara dia melompat keluar dari lubang perangkap.
“Terima kasih Tikus, kalau tidak ada kamu, pasti aku sudah ditangkap pemburu
nakal itu. Akhirnya sejak itu Singa dan Tikus bersahabat dan selalu bermain
bersama.
(SELESAI)
Si Kancil Kena Batunya
Angin yang berhembus semilir-semilir membuat
penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa
kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil
berjalan ia berkata,”Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si
pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia
segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat
kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah, Harimau
semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.
Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang
diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar.
Si siput berkata,”Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa?
Kamu sedang bergembira ?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia
menemukan letak si siput.
“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?”.
Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. “Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut,
melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar
ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun
berkata,”Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku
menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan
minggu depan.
Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil
dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu
perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. “Jangan lupa, kalian
bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si
kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil,” kata
siput.
Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan
sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput
mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan
sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang
siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil
siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,”Hai Kancil ! Aku
sudah sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya.
Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya.
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul
di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya
tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada
jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi
pemenang perlombaan.
Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai
sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,”Kancil memang tiada
duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di
atas batu besar. “Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah,
Capai ya berlari ?”. Ejek siput. “Tidak mungkin !”, “Bagaimana kamu bisa lebih
dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang”, seru si kancil.
“Sudahlah akui saja kekalahanmu,”ujar siput.
Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih
kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. “Sudahlah
tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu
hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan
setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan
mereka”, ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si
kancil dengan rasa menyesal dan malu.
(SELESAI)
Kasuari dan Dara Mahkota
Dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang
kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa
mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa dengan mudah mencari
makan di atas tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang
sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika
teman-temannya yang lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia
gunakan untuk menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga
burung-burung lainnya tidak bisa melihatnya. Atau dengan sengaja dia
menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang bisa
menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka punya sayap
yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”
Tentu saja kesombongannya tidak disukai
burung-burung lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan dan
keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk
membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk
mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang
sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk
bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya
karena Dara Mahkota hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka
bahwa dia mampu.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada
Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi
tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya. “Pertandingannya akan diadakan minggu depan
dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang
paling jauh dan lama yang menang.”
“Ya
ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki
sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari
pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!” Burung
pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada
ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap
lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.
Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk
meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu yakin, mereka
semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut. Diam-diam
Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru
mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil
tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa
menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah
Kasuari sementara Dara Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.
Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk
mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota
pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari
ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara
Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk
sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit
kesakitan. Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong
tetap yakin dirinya akan menang.
Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding.
Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara.
Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa.
Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah
patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat
tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke
bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara
Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak
saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat
kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya
bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak
memiliki sayap.
(SELESAI)
TIKUS DAN ULAR
Pada suatu hari, hiduplah seekor
tikus di sebuah hutan rimba. Tikus itu memiliki sifat yang baik hati dan suka
tolong menolong. Bahkan penghuni hutan lainnya sangat menyukai tikus itu. Pada
suatu ketika tikus itu hendak memcari makan di sebuah pohon yang terdapat
banyak buah apel. Tetapi ketika si tikus hendak mengambil sebuah apel, tiba tiba
terdengar suatu suara. Dan tikus pun ingin melihat ada apa yang terjadi
sehingga menimbulkan suara tersebut.
Ternyata suara tersebut berasal
dari semak semak yang bergerak. Dan tikus pun mendekati semak tersebut. Tiba
tiba ada seekor ular yang tak sadarkan diri. Tikus pun mendekati ular tersebut
karena ia penasaran kenapa ular tersebut ada di sini. Semakin dekat tikus pun
marasakan ada sesuatu yang tidak beres, ternyata ular itu tidak benar benar
pingsan, ular itu ternyata ingin memakan tikus. Tetapi saat tikus tau ular itu
berbohong tikus itu langsung melarikan diri menjauhi ular.
“Untung saja aku bisa selamat
dari ular pembohong itu”. Tikus pun melanjutkan mencari makan di tempat lain
dan bertemu dengan kelinci. “Hai, kelinci mau kemana?”, tikus bertanya kepada
kelinci. “Aku ingin mencari makan, kau juga mau kemana tikus?”. “Aku juga ingin
mencari makan juga, apakah kau mau mencari makan bersamaku?”. “Boleh juga ide
yang bagus tikus kita mencari makan di hutan sebelah timur saja”. “Baiklah
ayo”. Tikus dan kelinci pun mencari makan bersama.
Hari pun semakin gelap tikus pun
akan kembali ke rumahnya. Tetapi di tengah tengah perjalanan tikus bertemu
dengan ular lagi. Tetapi ular itu terjebak di jaring pemburu. Sebanarnya tikus
ingin menolong ular, tetapi ia takut jika nanti akan dimakan oleh ular.
“Tolong, tolong”, teriak ular. Ia pun berusaha untuk melepaskan jaring yang
melilitnya, tetapi tidak bisa dan ia melihat tikus yang akan lewat. “Tolong aku
tikus aku mohon”, pinta ular kepada tikus agar mau membantu ular untuk
melepaskan diri dari jaring tersebut. Tapi tikus malah semakin menjauh dan ia
takut ditipu lagi oleh ular. Tetapi ular terus meminta bantuan tikus, “tolong
tikus tolonglah aku, aku tidak sedang berbohong seperti kemarin”, kata ular
agar tikus mau menolongnya. “Benarkah ular kau tidak bohong, tapi aku tidak
akan termakan tipuanmu lagi”, tikus hendak pergi meninggalkan ular, tetapi ular
berkata “tolonglah aku tikus, aku berjanji akan memenuhi segala permintaanmu!”.
Tikus pun memikirkan pesetujuan yang diberikan ular dan ia berkata “Baiklah aku
akan membantumu, tetapi engkau tidak boleh menggangu hewan lain di hutan ini
termasuk aku!”. “Baiklah aku akan menuruti semua janjimu!”.
Lalu tikus pun membantu ular
untuk bebas dari jaring pemburu. “Terima kasih tikus, aku akan selalu mengingat
jasamu dan jika kau ada masalah aku akan siap membantumu!”. “Terima kasih juga
atas penawaranmu ular”. Lalu ular pun meninggalkan hutan. Akhirnya hutan pun
menjadi aman, tentram dan damai setelah ular pergi dan tidak pernah terlihat
lagi bahkan tidak pernah berkunjung ke hutan itu lagi.
KANCIL DAN BUAYA
Alkisah, di sebuah pinggir hutan
terdapat seekor kancil yang sangat cerdik. Ia hidup di hutan bersama
hewan-hewan lainnya, diantaranya adalah kerbau, gajah, kelinci dan masih banyak
lagi. Si Kancil selalu mencari makan di pinggiran sungai.
Pada suatu saat ia merasa sangat
lapar. Kemudian si Kancil bergagas pergi untuk mencari makan. Setibanya di tepi
sungai ia melihat sebuah pohon rambutan yang sangat rimbun di seberang sungai.
Si Kancil berniat ingin mengambil buah rambutan tersebut, tetapi di dalam
sungai terdapat banyak buaya yang sedang mengintai kancil.
Kemudian para buaya berkata “Hey
kancil apakah kau sudah bosan dengan hidupmu sehingga kau datang kemari?”. “Eh…
tidak. Aku kesini untuk menyampaikan undangan kepada kalian”. jawab kancil.
Kemudian para buaya terkejut mendengar perkataan si kancil. “Undangan apa?”.
Lalu kancil menjawab pertanyaan para buaya dengan santai. “Minggu depan raja
Sulaiman akan merayakan sebuah pesta dan kalian semua diundang dalam acara
tersersebut”. “Pesta…?” timpal para buaya dengan mulut menganga. “Iya pesta.
Disana terdapat banyak makanan. Ada daging rusa, daging kerbau dan daging gajah
pun juga ada. “Aaaaakh, pasti kau berbohong. Kali ini kau tidak bisa menipu
kami lagi”. “Eh tidak-tidak, kali ini aku serius”. jawab kancil untuk
meyakinkan para buaya. “Apa kau yakin…?” Tanya para buaya dengan perasaan
khawatir akan ditipu kancil. “Iya yakin” jawab kancil. “Baiklah kali ini aku
percaya kepadamu” Ujar para buaya. “Nah, sekarang kalian berbarislah dengan
rapi, aku akan menghitung berapa jumlah semua buaya yang ada di dalam sungai
ini”.
Kemudian para buaya berbaris
dengan rapi, berharap mereka semua akan mendapatkan makanan yang sama rata. Kancil
pun mulai menghitung satu persatu buaya yang ada dalam sungai terebut. Setelah
sampai di punggung buaya terakhir, kancil langsung melompat ke tepian sungai.
Kemudian setelah itu ada seekor tupai yang berkata “Pesta itu sudah dirayakan
minggu lalu, bukan minggu depan. Ha ha ha!”. Setelah mendengar perkataan tupai,
mereka pun merasa tertipu dan sangat marah. Melihat para buaya yang tengah
marah, Si kancil malah cengengesan dan menjulurkan lidahnya ke depan. Kemudian
kancil bergegas pergi dari tepi sungai, dan menuju pohon rambutan yang berbuah
lebat itu. Akhirnya kancil dapat makan buah rambutan yang dia inginkan.
TAMAT
SIPUT DAN KURA KURA
Pada zaman dahulu di sebuah sungai tepi hutan
hiduplah dua sahabat yang baik. Mereka dikenal sebagai hewan yang pemalu dan
jarang mengobrol dengan hewan lain. Karena kura kura dan siput sering diejek
oleh hewan lain akibat jalannya yang lambat.
Pada suatu hari ketika siput dan kura kura
mencari makan di dalam hutan Mereka melihat kelinci, jerapah, gajah dan hewan
lain yang saling mengobrol dan bercanda. Seketika mereka ingin ikut serta
dengan hewan hewan tersebut.
“Put apakah kita harus selalu mengasingkan diri
dari hewan hewan lain?” tanya kura kura.
“Tidak, aku pun ingin bergaul dengan mereka” jawab si siput.
“Tidak, aku pun ingin bergaul dengan mereka” jawab si siput.
“Tapi
apakah mereka mau menerima kita, karena mereka selalu mengejek kekurangan
kita?” tanya kura kura.
“Kita
harus mencobanya, karena setiap orang juga memiliki kekurangan” jawab si siput.
Keesokan harinya siput dan kura kura mendatangi
sekelompok hewan hewan yang sedang bermain.
“Bolehkah kami menjadi teman kalian?” tanya si siput dan kura kura.
“Bolehkah kami menjadi teman kalian?” tanya si siput dan kura kura.
Semua hewan pun tertawa terbahak bahak.
“Hei kalian!
Apa yang kau lakukan di sini, kami tidak ingin berteman dengan kalian!” kata
gajah.
“Kalian
tidak berguna bagi kami, Pergilah!” kata kelinci.
“Apa yang
kalian katakan? Apakah kalian tidak memiliki kekurangan?” tanya si siput.
Karena melihat si siput sangat marah, kura kura
pun mengajak si siput untuk pergi. Hewan hewan pun mulai menertawakan siput dan
kura kura.
“Apa yang kau lakukan mengapa kita harus pergi
dari mereka?” tanya si siput
“Sudah biarkan apa yang mereka katakan, kita harus menyadari kekurangan kita” jawab kura kura.
“Sudah biarkan apa yang mereka katakan, kita harus menyadari kekurangan kita” jawab kura kura.
Setelah beberapa hari berlalu terjadi hujan deras
di hutan tersebut. Karena air yang semakin naik hewan hewan pun berlarian
mencari tempat yang lebih tinggi. Pada saat itu kelinci sedang berlari bersama
teman temannya tetapi salah satu pohon tumbang dan menimpa kaki kanan kelinci.
Kelinci pun berteriak meminta tolong tetapi teman temannya tidak mendengar
teriakan kelinci, mereka berlari sangat cepat sebab air yang semakin tinggi.
Kelinci pun berusaha melepaskan kakinya dari pohon tersebut.
Air pun semakin tinggi dan pohon yang menimpa
kelinci pun mulai mengapung dan kaki kelinci pun bisa terlepas. Tetapi kelinci
tidak bisa berlari karena air yang semakin tinggi. Kelinci pun tenggelam dan
berteriak meminta tolong. Ketika itu kura kura sedang berenang dan siput
menempel di tempurungnya. Kura kura pun segera menyelamatkan kelinci. Dan
dibawalah kelinci dengan menaiki tempurungnya pergi ke tempat temannya berada.
Kelinci pun berterima kasih dan meminta maaf atas perilakunya terhadap siput
dan kura kura.
Keesokan harinya hujan pun reda dan air mulai
surut. Hewan hewan pun mulai mencari makan, akan tetapi tanaman tanaman sudah
rusak karena banjir kemarin. Si siput pun mengajak semua hewan ke tempat
tanaman tanaman tersembunyi yang tidak hanyut oleh air. Semua hewan pun senang
ketika banyak dedaunan di tempat tersebut. Dan mereka memakannya dengan sangat
lahap.
Sejak peristiwa itu semua hewan pun mulai hidup
rukun dan menghormati sipu dan kura kura. Mereka sadar bahwa setiap makhluk
memiliki kekurangan dan kelebihan.
Di
sebuah hutan kecil di pinggiran desa, ada seekor Kelinci yang sombong. Dia suka
mengejek hewan-hewan lain yang lebih lemah. Hewan-hewan lain seperti kura-kura,
siput, semut, dan hewan-hewan kecil lain tidak ada yang suka pada kelinci
sombong itu.
Suatu
hari, si Kelinci berjalan dengan angkuhnya mencari lawan yang lemah untuk
diejeknya. Kebetulan dia bertemu dengan kura-kura.
“Hei,
kura-kura, si lambat, kamu jangan jalan aja dong.. lari begitu, biar cepat
sampai,” kata Kelinci sambir mencibirkan bibirnya ke Kura-kura.
“Biarlah
Kelinci, memang jalanku lambat. Yang penting aku sampai dengan selamat ke
tempat tujuanku, daripada cepat-cepat nanti jatuh dan terluka,” jawab Kura-kura
dengan tenang.
“Hei,
kura-kura, bagaimana kalau kita adu lari. Kalau kau bisa menang aku akan beri
hadiah apapun yang kau minta,” kata Kelinci dengan tertawa. Dalam hatinya dia
berkata, “Mana mungkin dia akan bisa mengalahkanku.”
“Wah,
kelinci, mana mungkin aku bertanding adu cepat denganmu, Kamu bisa lari dan
loncat dengan cepat, sedangkan aku berjalan selangkah demi selangkah sambil
membawa rumahku yang berat ini,” kata kura-kura.
“Nggak
bisa, kamu nggak boleh menolak tantanganku ini. Pokoknya besok pagi aku tunggu
kau di bawah pohon beringin. Aku akan menghubungi Pak Serigala untuk jadi
wasitnya,” Kelinci memaksa.
Kura-kura
hanya bisa diam melongo. Dalam hatinya berkata, “Mana mungkin aku bisa
mengalahkan Kelinci?”
Keesokan
harinya Si Kelinci sudah menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin.
Pak Serigala juga sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah kura-kura datang,
Pak Serigala berkata, “Peraturannya begini, kalian mulai dari garis di sebelah
sana yang di bawah pohon mangga itu. Kalian bisa lihat nggak?” “Bisa… bisa… ,”
Kelinci dan kura-kura menjawab. “Nah siapa yang bisa datang duluan di bawah
pohon beringin ini, itulah yang menang,” kata Pak Serigala lagi.
“Oke,…
satu…. dua… tiga… mulai!” Pak Serigala memberi aba-aba. Kelinci segera meloncat
mendahului kura-kura, yang mulai melangkah pelan, karena dia tidak bisa
meninggalkan rumahnya. “Ayo kura-kura, lari dong…..!” teriak Kelinci dari
kejauhan. “Baiklah aku tunggu di sini ya…,” katanya lagi sambil mengejek
kura-kura. Kelinci duduk-duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus
pelan dan sejuk, sehingga membuat Kelinci menjadi mengantuk, dan, tak lama
kemudian Kelinci pun tertidur!
Dengan
pelan tapi pasti kura-kura melangkah sekuat tenaga. dengan diam-diam dia
melewati Kelinci yang tertidur pulas. Beberapa langkah lagi dia akan mencapai
finish. Ketika itulah Kelinci bangun. Betapa terkejutnya dia ketika melihat
kura-kura sudah hampir mencapai finish. Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat
untuk mengejar kura-kura. Namun sudah terlambat, kaki kura-kura telah menyentuh
garis finish dan Pak Serigala telah memutuskan bahwa pemenangnya adalah
KURA-KURA. Si Kelinci Sombong terdiam seolah tak percaya bahwa dia bisa
tertidur.
“Nah, siapa yang menang Kelinci?”
tanya kura-kura kepada kelinci. “Wah, ternyata kau menang kura-kura,” jawab
kelinci malu. “Sekarang aku hanya minta satu dari kamu, kamu jangan sombong
lagi, jangan suka mengejek lagi, dan jangan nakal, ya?” kata kura-kura. “Iya
lah kura-kura, mulai sekarang aku tidak akan sombong lagi, tidak akan mengejek
lagi. Maafkan aku ya,” kata kelinci. “Iya, nggak apa-apa, sekarang kita
berteman ya?” kata kura-kura. Sejak saat itu Kelinci tidak sombong lagi.
(SELESAI)
Semut Yang Hemat
Di zaman Mesir
kuno, hiduplah seorang raja yang sangat terkenal keadilannya. Raja tersebut
sangat mencintai rakyatnya. Bahkan raja tersebut dalam mencinta keluarganya
tidak melebihi cintanya pada rakyatnya. Sehingga kalau ada anggota keluarganya
yang bersalah tetaplah di hukum sebagaimana orang lain. Yang lebih istimewa
lagi, raja ini juga penyayang binatang.
Karena cintanya
pada binatang, suatu hari raja yang adil itu pergi berjalan-jalan menemui
seekor semut. Si semut merasa senang dan bangga mendapat kunjungan dari raja.
“Bagaimana
kabarmu, semut?” tanya sang Raja.
“Hamba baik-baik saja Baginda,” jawab semut
gembira.
“Dari mana saja kau pergi?”
“Hamba sejak pagi pergi ke beberapa tempat
tetapi belum juga mendapatkan makanan, Baginda.”
“Jadi sejak pagi kau belum makan?”
“Benar, baginda.”
Raja yang adil
itu pun termenung sejenak. Kemudian berkata, “Hai, semut. Beberapa banyak
makanan yang kau perlukan dalam setahun?”
“Hanya sepotong roti saja baginda,” jawab
semut.
“Kalau begitu maukah kau kuberi sepotong roti
untuk hidupmu setahun?”
“Hamba sangat senang, Baginda.”
“Kalau begitu,
ayo engkau kubawa pulang ke istana,” ujar Raja, lalu membawa semut itu ke
istananya. Semut sangat gembira karena mendapatkan anugerah makanan dari sang
raja. Ia tidak susah-susah lagi mencari makanan dalam setahun. Dan tentu saja
roti pemberian sang raja akan lebih manis dan enak.
“Sekarang engkau
masuklah ke dalam tabung yang telah kuisi sepotong roti ini!” perintah sang
raja. “Terimakasih, Baginda. Hamba akan masuk.”
“Setahun yang
akan datang tabung ini baru akan kubuka,” ujar sang raja lagi.
“Hamba sangat senang, Baginda.”
Tabung berisi
roti dan semut itu pun segera ditutup rapat oleh sang raja. Tutup tabung itu
terbuat dari bahan khusus, sehingga udara tetap masuk ke dalamnya. Tabung
tersebut kemudian disimpan di ruang khusus di dalam istana.
Hari-hari
berikutnya sang raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai urusan ia selesaikan
secara bijaksana. Akhirnya setelah genap setahun, teringatlah sang raja akan
janjinya pada semut.
Perlahan-lahan raja membuka tutup tabung berisi semut itu. Ketika tutup terbuka, si semut baru saja menikmati roti permberian raja setahun lalu.
Perlahan-lahan raja membuka tutup tabung berisi semut itu. Ketika tutup terbuka, si semut baru saja menikmati roti permberian raja setahun lalu.
“Bagaimana
kabarmu, semut?” tanya sang raja ketika matanya melihat semut di dalam tabung.
“Keadaan hamba baik-baik saja, Baginda.”
“Keadaan hamba baik-baik saja, Baginda.”
“Tidak pernah sakit selama setahun di dalam
tabung?”
“Tidak baginda. Keadaan hamba tetap sehat
selama setahun.”
Kemudian sang
raja termenung sejenak sambil melihat sisa roti milik semut di dalam tabung.
“Mengapa roti pemberianku yang hanya sepotong masih kau sisakan separuh?” tanya sang raja.
“Betul, Baginda.”
“Mengapa roti pemberianku yang hanya sepotong masih kau sisakan separuh?” tanya sang raja.
“Betul, Baginda.”
“Katanya dalam setahun kau hanya memerlukan
sepotong roti. Mengapa tak kau habiskan?”
“Begini, Baginda. Roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan
“Begini, Baginda. Roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan
Baginda lupa
membuka tutup tabung ini. Kalau Baginda lupa membukanya, tentu saja hamba masih
dapat makan roti setahun lagi. Tapi untunglah Baginda tidak lupa. Hamba senang
sekali.”
Sang raja sangat terkejut mendengar penjelasaan si semut yang tahu hidup hemat. Sang raja tersenyum kecil di dekat semut.
Sang raja sangat terkejut mendengar penjelasaan si semut yang tahu hidup hemat. Sang raja tersenyum kecil di dekat semut.
“Kau semut yang
hebat. Kau dapat menghemat kebutuhanmu. Hal ini akan kusiarkan ke seluruh negeri
agar rakyatku dapat mencotohmu. Kalau semut saja dapat menghemat kebutuhannya,
mengapa manusia justru gemar hidup boros?”
“Sebaiknya Baginda jangan terlalu memuji
hamba,” jawab si semut.
Semut itu
akhirnya mendapat hadiah lagi dari raja. Sebagai tanda terimakasih karena telah
mengajarinya hidup hemat.
(SELESAI)
wah ane udah mengerti sekarang artikel contoh cerita fabel thanks gan! semoga tetap update blog ini kedepannya agar Indonesia jaya!
BalasHapus